Perangkap Mental Yang Tidak Disadari Ditanamkan Orangtua Pada Anak (Part 3)

Pada artikel sebelumnya saya telah membahas perangkap mental yang kedua yaitu  Perangkap Mental Yang Tidak disadari Ditanamkan Orangtua Pada Anak (Part 3)
Pada artikel sebelumnya saya telah membahas perangkap mental yang kedua yaitu Harus Berbuat Baik Agar Disukai Semua Orang. Berikut perangkap mental yang ketiga yaitu Tidak Boleh Membuat Kesalahan Atau Minta Pertolongan Orang Lain.


Apakah anda pernah melaksanakan suatu kesalahan? saya yakin 100% orang akan menjawab pernah melaksanakan kesalahan. Kalaupun ada yang menjawab tidak, itu sebab beliau tidak menyadari kesalahannya. Melakukan suatu kesalahan ialah suatu hal yang normal dilakukan oleh semua manusia, namun bukan berarti semua orang bebas melaksanakan kesalahan, tapi sebisa mungkin meminimalisir kesalahannya.

Lantas bagaimana jikalau ada orang renta yang melarang keras anaknya berbuat kesalahan? yang terjadi ialah anak akan krisis percaya diri dan tidak berani mengambil suatu keputusan. Anak-anak yang mengerti bahwa melaksanakan kesalahan ialah hal normal akan mempunyai rasa penerimaan diri yang lebih tinggi daripada anak yang belum memahami arti kesalahan. Dengan begitu anak yang paham akan kesalahan tidak akan menyalahkan diri sendiri selama proses mencoba dan memperbaiki kesalahan yang dilakukannya.


Selain pemahaman kesalahan, orang renta juga melalaikan arti sebuah undangan tolong. Konsep ini berkaitan dengan pemikiran bahwa minta tolong ialah tanda ketidakmampuan dan kelemahan. niatnya semoga anak menjadi mandiri, tapi tanpa sengaja orang renta menanamkan sebuah perangkap mental ibarat menyampaikan “saya harus mengerjakan semuanya sendiri”. Dalam dunia yang begitu Kompleks ini, hampir tidak ada seorang pun yang tidak memerlukan santunan orang lain.

Contoh Kasus
Salah satu client saya, Joan menyadari arti pentingnya pelajaran ini ketika akan menidurkan putrinya Meagan yang berusia 9 tahun. pada suatu malam ketika Meagan sedang naik ke kawasan tidur tanpa disangka-sangka ia menatap wajah ibunya. kemudian Meagan menangis tersedu-sedu. Joan pun keheranan dan menanyakan apa yang sedang terjadi. Dengan tergagap-gagap Meagan berkata  “saya sangat terbelakang bu!  ujian matematika saya hancur hari ini”. dikala itu kesedihan benar-benar tampak terang di wajah Meagan. Setelah Johan memeluk dan menenangkannya makan mulai bercerita

Meagan yang selalu menerima nilai tinggi mempelajari materi ujian yang keliru sehingga ia gagal dalam ujian tersebut. Johan tidak mengkritik Meagan namun dengan bijaksana meyakinkan putrinya bahwa setiap orang bisa saja menciptakan kesalahan yang tidak perlu dilakukan, tetapi itu masuk akal terjadi. Joan kemudian bertanya apakah ada sesuatu yang bisa Meagan lakukan untuk mencegah kesalahan serupa di kemudian hari

Setelah ada kesepakatan Meagan berjanji akan mengurangi ngobrol di kelas ketika pelajaran dimulai dan lebih memperhatikan semua kiprah tugas sekolahnya. Meagan pun merasa jauh lebih lega. Ia pun meringkuk di bawah selimutnya. ketika akan meninggalkan kamar itu, Johan kembali bertanya, “Menurutmu apa yang terjadi seandainya ujian itu mengambil materi ibarat yang kau pelajari?” dari bawah selimut terdengar bunyi yang cukup meyakinkan “saya niscaya sukses mengerjakannya Bu”

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel