Bagaimana Kepribadian Terbentuk?
Pernahkah kita bertanya-tanya bagaimana kepribadian insan terbentuk? Apa yang menggerakkan seseorang untuk melaksanakan sesuatu? Apakah ada energi lain yang menggerakkan insan tanpa di sadari? Ternyata pertanyaan tersebut sudah pernah terlintas di pikiran seseorang ratusan tahun yang lalu. Sigmund Freud ialah salah satu orang yang berusaha meneliti lebih jauh perihal kepribadian manusia. Setelah ditelitinya, ia menyimpulkan bahwa intinya insan ialah makhluk biologissebelum munculnya hal-hal lain contohnya pergaulan sosial, nalar sehat, tingkah laku, watak istiadat, moralitas dan lain-lain, yang ada pertama kali ialah tubuh. Awalnya insan ialah darah dan daging. Sebagai makhluk biologis, maka insan digerakkan oleh insting insting biologisnya dan hasrat hasrat kedagingannya yakni hasrat untuk memperoleh kenikmatan dan menghindari ketidaknikmatan (pleasure principle).
Oleh alasannya ialah hasrat biologisnya insan mencari kenikmatan dan menghindari ketidaknikmatan. Manusia mana yang secara biologis lebih menyukai puasa daripada makan, lawan jenis yang jelek rupa daripada yang tampan atau cantik, kerja daripada rekreasi, penderitaan daripada kenikmatan. Semua insan mencari kenikmatan tersebut. Pada dasarnya realitas internal insan ialah dunia biologis tersebut.
Menurut pandangan Freud, kehidupan psikis berakar dari kehidupan biologis. Oleh alasannya ialah itu aktivis kehidupan psikis (kepribadian) ialah merupakan suatu perjuangan untuk memenuhi hasrat hasrat biologis dalam kehidupan insan di dunia, yaitu dikala insan berhadapan dengan realitas eksternal. Ketika insan berinteraksi dengan realitas eksternal, hal itu tidak lain sebagai upaya untuk memenuhi hasrat hasrat biologisnya.
Untuk memenuhi hasrat hasrat biologisnya, insan perlu berinteraksi dengan realitas eksternal. Dalam interaksinya dengan realitas eksternal terjadilah obrolan antara insan dengan realitas eksternal, akan tetapi terkadang realitas eksternal menghambat insan dalam mencapai pleasure principle. Misalnya untuk memperoleh kenikmatan yang sederhana contohnya makan insan tidak bisa pribadi memenuhi kebutuhannya, ia harus bekerja dulu untuk mendapatkannya . Sama ibarat makhluk lainnya contohnya hewan. Hidup ini ialah perihal survival, bedanya bila binatang memakai aneka macam seni administrasi biologis dan ketangguhan fisik untuk sanggup survive, maka insan memakai “kesadaran dan kemampuan unuk mengenal realita” untuk survive.
Dengan semakin berkembangnya kesadaran insan semakin mengenal realitas eksternal dan semakin insan mengenal realitas eksternal semakin ia sanggup menguasai realitas eksternal tersebut. Agar sanggup menguasai realitas eksternal dan memenuhi aneka macam hasratnya, insan harus bisa menunda pemenuhan hasratnya semoga semakin besar tingkat kepuasan yang diperoleh. Misalnya bila insan ingin kaya, maka ia harus bisa menunda kebutuhannya untuk berfoya-foya, menabungkan uangnya semoga mencapai cita-citanya yaitu kekayaan. Manusia yang ingin sukses dalam hal apapun harus mau berjerih payah dahulu dan menunda segala hasratnya untuk bersenang-senang semoga memperoleh kesenangan yang lebih besar di kemudian hari. Lalu bagaimana dengan orang yang mencapai kenikmatan tanpa menunda hasratnya terlebih dahulu contohnya ibarat koruptor? Maka ia tidak akan mencicipi kenikmatan sebesar orang yang mau bekerja keras dan menunda hasratnya. Itulah paradoks yang dialami manusia(tidak dialami makhluk lain) yaitu semoga sanggup mencicipi kenikmatan, pertama ia harus bisa menunda atau bahkan menyangkal hasrat tersebut. Bukankah kita lebih menikmati kelezatan masakan sesudah seharian berpuasa? Demikianlah insan berguru untuk mensublimasikan hasrat biologisnya yang primitive menjadi hasrat lain yang lebih manusiawi.
Harga yang dibayar insan untuk menguasai realitas eksternal tidaklah sedikit. Semakin insan menyangkal hasrat hasrat biologisnya, maka semakin usang hasrat biologis itu menjadi aneh baginya, artinya insan mulai tidak menyadari apa yang menjadi kebutuhannya. Dengan semakin berkembangnya kesadaran dan penguasaan terhadap realitas kesannya muncullah kesenjangan antara yang sadar dan yang tidak sadar. Semakin insan berusaha mencapai kesempurnaan dalam penguasaan realitas eksternal semakin ia terasing dengan realitas internalnya yaitu hasrat hasrat biologisnya. Dari sinilah lahir apa yang disebut alam bawah sadar, yaitu sesuatu yang sebetulnya sangat kita kenali akan tetapi usang kelamaan dilupakan hingga menjadi tidak disadari
Dinamika kepribadian insan ialah hasil interaksi antara realitas internal (yang berakar pada hasrat biologis) dengan realitas eksternal. Kepribadian akan tegak bila insan berhasil menjaga obrolan antara dunia internal dan eksternal dengan mulus, sehingga insan bisa memuaskan keinginannya tanpa bertentangan dengan realitas. Misalnya ketika insan lapar dan di meja ada masakan maka ia harus menunda keinginannya untuk makan dan bertanya kepada pemilik masakan tersebut semoga ketika memenuhi hasratnya tidak bertentangan dengan realitas. Bila obrolan antara insan dan realitas eksternal terganggu atau bahkan terputus maka keberadaan insan itu menjadi terancam. Dalam kondisi ibarat itu, pribadian akan mengalami gangguan baik gangguan ringan hingga yang berat ibarat skizofrenia.
Sumber