Gangguan Panik

Gangguan panik meliputi munculnya serangan panik yang berulang dan tidak terduga. Serangan serangan panik melibatkan reaksi kecemasan yang intens disertai dengan simpang-simpang fisik mirip jantung berdebar-debar, nafas cepat, nafas tersengal atau kesulitan bernafas rumah berkeringat banyak dan rasa lemas serta pusing tujuh keliling (Glass, 2000). Terdapat komponen ketubuhan yang lebih besar lengan berkuasa pada serangan panik dibandingkan pada bentuk-bentuk kecemasan lainnya. Serangan-serangan ini disertai dengan perasaan teror yang luar biasa dan perasaan akan adanya ancaman yang segera menyerang atau malapetaka yang segera menimbang serta juga disertai dengan suatu dorongan untuk melarikan diri dari situasi ini. Biasanya disertai dengan pikiran pikiran kehilangan kendali, menjadi gila, atau akan mati. Orang yang mengalami serangan panik cenderung sangat menyadari adanya perubahan pada detak jantung mereka (Richard, Edgar, & Gibbon, 1996). Mereka seringkali percaya bahwa mereka mengalami serangan jantung meskipun tidak ada yang salah dengan jantung mereka. Tetapi alasannya yaitu simtom-simtom serangan panik sanggup ibarat symptom serangan jantung atau reaksi alergi yang parah perlu untuk dilakukan investigasi medis yang teliti.
Serangan panik terjadi secara tiba-tiba dan mencapai puncak intensitas dalam 10 hingga 15 menit. Serangan biasanya berlangsung selama beberapa menit, tetapi sanggup berlanjut hingga berjam-jam, dan diasosiasikan dengan dorongan yang besar lengan berkuasa untuk melarikan diri dari situasi di mana serangan itu terjadi. Supaya diagnosis gangguan panik sanggup ditegakkan, harus ada serangan panik yang tidak terduga dan terjadi berulang serangan-serangan yang tidak dipicu oleh situasi atau objek yang spesifik. Sepertinya serangan itu tiba tanpa penyebab. Meskipun serangan serangan pertama terjadi secara impulsif atau tak terduga, dengan berjalannya waktu serangan-serangan ini sanggup diasosiasikan dengan situasi situasi atau gejala tertentu, mirip melangkah masuk ke departemen store yang penuh sesak, atau mirip dick kalau naik kereta api bawah tanah.
Orang sering mendeskripsikan serangan panik sebagai pengalaman paling jelek dalam hidup mereka. Kemampuan koping mereka dihancurleburkan. Mereka mungkin merasa bahwa mereka harus kabur. Bila kabur tampaknya tak berguna, mereka sanggup membeku. Ada kecenderungan untuk menempel pada orang lain demi mendapat pertolongan atau dukungan. Beberapa orang dengan serangan panik takut untuk pergi keluar sendiri. Serangan panik yang berulang kemungkinan menjadi sulit untuk dihadapi sehingga penderitanya memiliki impian untuk boyo diri. Suatu studi kependudukan mengenai mereka yang menderita serangan panik menemukan bahwa 12% telah melaksanakan perjuangan bunuh diri (Weissman dkk., 1989).
Tidak semua serangan panik merupakan merupakan gejala dari gangguan panik di dalam satu tahun tertentu sekitar 10% dari populasi orang-orang yang sehat kemungkinan mengalami suatu serangan panik yang bangun sendiri. Suatu diagnosis gangguan panik didasarkan pada kriteria berikut. : (1) mengalami serangan panik secara berulang dan tak terduga sedikitnya dua kali dan (2) sedikitnya satu dari serangan tersebut diikuti oleh paling tidak satu bulan rasa takut yang persisten akan adanya serangan berikutnya, atau rasa cemas akan implikasi atau konsekuensi dari serangan contohnya takut kehilangan nalar atau menjadi abnormal atau menderita serangan jantung, atau perubahan tingkah laris yang signifikan contohnya menolak meninggalkan rumah atau keluarga masyarakat alasannya yaitu takut mendapat serangan lagi. Diperkirakan 1% hingga 4% dari populasi pernah mengalami gangguan pada suatu ketika dalam hidup mereka.